Tuesday 2 April 2013

2.000 Hektare Sawah di Wonogiri Terancam Telat Tanam

WONOGIRI – Sedikitnya 2.000 hektare sawah di Kecamatan Selogiri terancam telat tanam menyusul sulitnya petani mendapatkan solar subsidi. Sejak sepekan terakhir, pembelian solar oleh para petani dibatasi hanya 5 liter. Bahkan ada SPBU yang tidak mau melayani petani.


Akibatnya, petani yang seharusnya mulai mengolah sawah hanya bisa menunggu. Bahkan, bibit padi untuk ribuan hektare yang telah disiapkan terancam rusak jika sampai pertengahan April petani tidak juga mendapat solar subsidi. Keluhan petani asal Kecamatan Selogiri itu diungkapkan saat pertemuan kelompok tani di Kantor Kecamatan Selogiri, Senin (1/4/2013).

Petani asal Desa Jaten, Kecamatan Selogiri, Sutejo, mengatakan para petani, termasuk dirinya telah menyiapkan bibit pada begitu mulai panen. Bibit padi tersebut seharusnya sudah bisa ditanam awal April ini. Namun, gara-gara tidak ada solar, bibit padi siap tanam itu terancam rusak.

“Kalau begini terus, bibit yang sudah kami siapkan bisa rusak. Kami mohon secepatnya ada kepastian solar subsidi. Mana mungkin kami bisa kerja kalau hanya dijatah 5 liter,” tegas Sutejo, di hadapan seluruh peserta pertemuan kelompok tani yang dihadiri jajaran Muspika Selogiri dan pihak Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Wonogiri, Senin.

Menurut pengurus Gabungan Kelompok Tani Selogiri, Mulyadi, sampai awal April ini hanya 500 hektare sawah yang sudah ditanami. Selebihnya ada 2.000 hektare yang baru akan tanam. Jika kondisi kelangkaan solar terus terjadi, dia khawatir ribuan hektare sawah itu bakal telat tanam. Akibat selanjutnya, petani akan kesulitan mendapatkan air pada masa tanam (MT) kedua kali ini karena musim hujan nyaris berganti dan lebih parah pada MT ketiga. Pasalnya, sesuai kebiasaan, Bendung Colo yang menjadi sumber utama air irigasi dikeringkan setiap awal Oktober.

Hal senada ditegaskan Camat Selogiri, Bambang Haryanto. Bambang mengatakan telat tanam pada MT kedua akan berimbas pada produksi padi di MT ketiga yang seharusnya dimulai bulan Juli.

“Di MT ketiga, biasanya 500 hektare lahan bisa produksi. Tidak tahu nanti kalau kondisinya begini. Ini bisa mengancam ketahanan pangan,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas PTPH Wonogiri, Guruh Santoso, menjelaskan sejauh ini baru petani di Selogiri yang mengeluhkan kesulitan mendapat solar subsidi. Selebihnya, petani di wilayah timur Wonogiri sudah tanam beberapa pekan lalu. Lainnya, masih memulai panen. Menurut Guruh, kebutuhan mendesak solar subsidi saat ini adalah untuk bahan bakar traktor. Sedangkan alat perontok padi untuk panen, bisa diganti dengan alat lain berbahan bakar bensin. Kendati demikian, dia tak menampik Selogiri adalah penjamin utama ketahanan pangan Kabupaten Wonogiri.

Sumber: solopos

No comments:

Post a Comment