Monday 13 May 2013

Menjadi 'Sekolah' Budidaya Ikan…

Tiga puluh tahun sudah, Tunggul Mursito, warga RT 002/RW 002 Desa Gemantar, Kecamatan Selogiri, Wonogiri  menggeluti budidaya ikan. Di halaman rumahnya, beberapa kolam tampak dipenuhi air dan ikan. Ada lele, ada pula gurame. Berbekal semangat belajar otodidak alias belajar sendiri, guru SD tersebut menjadi jujugan para pencari bibit ikan. Bahkan tak hanya menguntungkan dirinya, ilmu budidaya ikan juga dia tularkan pada warga sekitar.

Kini, sedikitnya 42 keluarga di desa tersebut menjadi petani ikan. Mereka tergabung dalam kelompok petani ikan Gema Mina, yang diketuai Suwarto. Sebagai inisiator budidaya ikan, Tunggul mengaku banyak kemajuan yang kini dirasa anggota Gema Mina.

Kondisi ekonomi warga pun lambat laun terkerek. Dengan mudah, mereka bisa mengantongi jutaan rupiah per bulan dari bisnis budidaya ikan. Sebagai gambaran, harga bibit ikan berkisar Rp40/ekor [panjang 2 cm] sampai Rp120/ekor [panjang 7 cm]. Padahal sekali penetasan, yang butuh waktu sebulan, seorang petani ikan bisa mendapat puluhan ribu hingga 100.000 ekor.

“Sebenarnya dulu saya hanya hobi. Saya suka ikan, waktu itu lele. Lalu saya ajak yang menganggur dan akhirnya sekarang banyak yang sukses. Budidaya ikan sudah membuat Desa Gemantar terkenal di daerah lain,” kata Tunggul, saat berbincang dengan Solopos.com, di kediamannya, belum lama ini.

Pancing  Pedagang

Kepiawaian puluhan warga Gemantar membudidayakan ikan memancing kedatangan pedagang ikan dari daerah lain, seperti dari Kabupaten Sukoharjo, Klaten dan Karanganyar. Para pedagang ikan biasanya langsung mendatangi petani ikan untuk membeli bibit ikan atau ikan siap konsumsi.

Di Desa Gemantar, petani ikan tersebar di Dusun Nanggan, Gemantar, Kenangan, Ngaliyan dan Blewah. Tak hanya pedagang,  petani ikan dari daerah lain biasa datang untuk “sekolah” budidaya ikan di desa dengan luas 295 hektare yang terletak di sebelah utara Kantor Kecamatan Selogiri ini.

Menurut Sekretaris Desa Gemantar, Putut Hartopo, selain budidaya ikan warga Gemantar juga menekuni sejumlah industri, seperti kaca dan produksi tahu. Mereka juga mengolah sawah. Putut mengatakan ada sedikitnya 65 hektare sawah dengan pengairan setengah teknis dan 65 hektare lain sawah tadah hujan.

Sayangnya, potensi budidaya ikan dan pertanian yang berada di Dusun Nanggan kerap terkendala banjir. Di dusun yang dilalui sungai kecil tersebut, bila hujan deras lebih dari tiga jam, sering terjadi banjir yang merusak sebagian tanaman padi dan kolam ikan.  “Kami sudah mengusulkan agar sungai itu dinormalisasi. Tapi memang butuh dana besar, Rp1 miliar,” ujarnya.

Putut menambahkan dengan jumlah penduduk 3.825 orang dan lokasi strategis dekat dengan pusat kecamatan sekaligus jalan utama Wonogiri-Solo, dia berharap Gemantar terus bisa berkembang. Lokasi strategis itu diakui sangat mendukung perkembangan budidaya ikan, pertanian dan industri di Desa Gemantar.

Apalagi, Gemantar juga memiliki SDM yang berkualitas dengan didukung mudahnya akses ke sekolah. Di desa tersebut memang hanya ada satu SD, karena dua SD lain sebelumnya masuk gelombang re-grouping. Namun, Putut memastikan akses menuju SMP dan SMA atau sederajat mudah dijangkau.

Sumber: solopos

No comments:

Post a Comment