Monday 29 July 2013

Kejar Target, Produsen Ampyang Kerahkan Tetangga

Saimin, 53, kian sibuk membungkus penganan hasil olahannya, ampyang, di rumahnya di Dusun Geneng, Desa Purwosari, Kecamatan Wonogiri akhir-akhir ini. Makanan olahannya itu dibungkus dengan mika plastik. Di ruangan itu pula, terdapat belasan kardus yang berisi puluhan mika yang berisi makanan tersebut.

Penganan yang terbuat dari gula jawa, kacang tanah dan jahe sebagai aroma. Makanan itu dijual Saimin dengan harga Rp5.000/bungkus atau berisi enam buah ampyang.

Terkait persiapan Lebaran tahun ini, Saimin tak tanggung-tanggung membuatnya. Ia menyiapkan tiga kuintal kacang tanah untuk membuat penganan itu dalam jangka waktu satu bulan. Padahal, biasanya, ia hanya membuatnya sebanyak satu kuintal dalam sebulan.

Selain ampyang, ia juga membuat penganan oleh-oleh khas Wonogiri yakni enting-enting wijen. Penganan yang terbuat dari campuran gula jawa, gula pasir, wijen dan jahe untuk aroma tersebut ia jual Rp6.500/bungkus untuk isi 12 potong dan Rp3.000/bungkus untuk isi tiga potong. Dalam pembuatan penganan itu, ia mengolah adonan hingga satu ton dalam satu bulan. Padahal, pada hari biasa, ia hanya membuat sebanyak 25-30 kilogram per hari.

“Setiap hari, saya membuat adonan enting-enting wijen sebanyak setengah kuintal. Sebab, setelah Lebaran, banyak pembeli yang langsung datang ke rumah saya untuk membeli penganan itu sebagai oleh-oleh. Ada yang dibawa ke Jakarta dan ada juga yang dibawa ke Kalimantan,” katanya saat ditemui wartawan, pekan kemarin.

Untuk mengejar target, setiap hari ia membuat dua jenis penganan itu mulai pukul 15.00 WIB-20.00 WIB. Ia juga mengerahkan tiga orang tetangganya yang merupakan ibu rumah tangga untuk membantunya. Sebab, semenjak istrinya meninggal dunia beberapa tahun lalu, ia hanya melanjutkan usaha itu sendiri.

Di sisi lain, ia mengeluhkan tingginya harga gula jawa dan wijen yang menjadi bahan pokok penganan buatannya. Harga wijen itu ada yang berbeda-beda sesuai pasokannya yakni mulai Rp27.000-Rp32.000/kilogram, sedangkan harga gula jawa mencapai Rp13.000/kilogram. Padahal, ia tidak bisa serta merta menaikkan harga penganannya karena tidak akan laku. Jadi, ia menyiasati dengan mengurangi ketebalan penganan tersebut apabila harga bahan tinggi.

“Kalau saya dapat wijen dengan harga tinggi, terpaksa ketebalannya saya kurangi. Tapi, kalau saya dapat wijen dengan harga biasa, ya saya buat biasa. Sebab, wijen yang saya beli di Solo merupakan barang impor. Ada yang dari Pakistan, Jepang dan Korea,” ujarnya.

Sumber: solopos

No comments:

Post a Comment