Monday 10 June 2013

DESA SENDANGIJO, Serius Berbisnis Buah Naga

Nama buah naga kini makin populer. Bukan hanya menjadi sekedar pelengkap makanan, masyarakat mulai gandrung pada manfaat antioksidan dan antikanker buah ini. Tak heran, seratusan warga Dusun Kedungbanteng, Desa Sendangijo, Kecamatan Selogiri, Wonogiri mulai tahun ini mengembangkan kebun penanaman buah naga komunal.
Saat Solopos.com bertandang ke dusun tersebut akhir pekan kemarin, di kebun seluas ratusan meter persegi itu warga membuat media tanam buah naga dari bahan beton. Bakal tanaman sudah disiapkan. Warga hanya perlu menunggu sekitar setahun untuk bisa menjual buah naga daging merah dan daging putih.

Selain kebun komunal, ada juga sebuah bangunan seperti kios yang tengah dalam proses pembangunan. Kasi Ekonomi Pembangunan (Ekbang) Desa Sendangijo, Sukur, mengatakan bangunan itu adalah calon etalase untuk memasarkan buah naga produksi yang terletak di ujung utara Kabupaten Wonogiri ini.

“Dengan program PLPBK [Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas] PNPM Mandiri Perkotaan, desa kami mendapat kucuran dana Rp1 miliar. Ada lima kawasan yang kami kembangkan, salah satunya kebun komunal dan sekaligus showroom pemasaran buah naga,” ungkap Sukur, saat ditemui Solopos.com, di lokasi setempat.

Dia menceritakan budaya menanam buah naga di desa seluas 583,5 hektare ini sebenarnya sudah dimulai sebelum tahun 2000. Namun hanya terbatas budidaya di rumah-rumah. Lalu, seiring dengan moncernya buah naga, warga mulai menyadari potensi ekonomi buah naga.

Panen 4-5 Kali

Kepala Desa Sendangijo, Dirun, mengamini hal itu. Menurutnya, dengan harga jual Rp5.000 per buah atau Rp18.000/kg, warga mendapat penghasilan tambahan. Apalagi pemeliharaan buah naga tidaklah sulit. Asal cukup air dan pupuk, buah naga dengan usia lebih dari 1,5 tahun, bisa dipanen 4-5 kali setiap musim hujan.

Selama ini, Dirun menambahkan konsumen buah naga adalah warga setempat, terutama warga perantau yang sengaja membeli buah naga untuk oleh-oleh di perantauan.  “Di desa kami, 60% dari 5.623 penduduknya merantau. Buah naga jadi salah satu buah tangan kalau kembali ke kota. Kadang warga juga membawa buah naga untuk besuk orang sakit,” ujar dia.

Dengan pengembangan buah naga, Dirun berharap Desa Sendangijo yang selama ini bergantung pada budidaya padi dan jagung di lahan seluas 160 hektare, bisa berkembang. Terlebih letak desa ini yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo di sebelah utara, Kelurahan Giriwono [Kecamatan Wonogiri], Desa Gemantara dan Nambangan di sisi barat dan selatan, cukup strategis untuk pemasaran. Desa Nambangan dan Gemantar berada di Jl Wonogiri-Solo.

Sayangnya, belum ada kendaraan umum yang sampai ke Desa Sendangijo, sehingga untuk pemasaran buah naga warga harus modal sendiri menyediakan alat angkut ke luar wilayah. Selain itu, kondisi jalan di desa tersebut, terutama dari arah pusat Kecamatan Selogiri menuju balai desa melalui Desa Gemantar, cukup memprihatinkan.

Dirun mengatakan tahun ini, rencananya desanya akan mendapat jatah perbaikan jalan sepanjang 700-an meter. Dia berharap perbaikan jalan segera direalisasikan sebab hal itu sangat mendukung keseriusan warga berbisnis buah naga.

Sumber: solopos

No comments:

Post a Comment