Janda tua yang ditinggal mati suaminya, beberapa tahun lalu itu, kini hidupnya jauh dari layak. Ia tidak mempunyai mata pencaharian tetap. Sementara ia harus menghidupi dua orang anak yang mulai beranjak dewasa.
Anak pertama perempuan mencoba membantu meringankan beban ibunya, dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di Solo. Penghasilan bulanan dari bekerja rumahan hasilan pas-pasan.
Anak kedua lelaki-laki, namun mengalami keterbelakangan mental dan fisik. Lelaki yang diharapkan kelak dapat menggantikan peran ayahnya, sirna. Sebab tubuh dan fisik tak seperti lelaki pada umumnya.
Satu satunya harta kekayaannya adalah rumah reot. Peninggalan suami itu kini dalam keadan nyaris runtuh. Walau telah menerima bantuan langsung tunai (BLT/BLSM) belum mampu membantu kehidupan Satiyem.
Itulah yang menggetarkan seorang warga (keberatan disebutkan identitasnya) untuk membantu merehab rumah Satiyem. Orang tersebut kemudian menggalang dana bersama Ketua RT setempat, Sumaryono dan anggota forum pertemuan RT setempat.
Akhirnya terbentuklah panitia bedah rumah RT 01 RW 09 Sukorejo, dikomandani Suwarno mengajukan proposal ke berbagai organisasi kemasyarakatan, perusahaan daerah dan swalayan maupun perseorangan. Terkumpul dana sekitar Rp. 15.000.000.-
Minggu (22/9) dilaksanakan pembongkaran rumah oleh warga setempat bersama anggota Organisasi kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). “Kami baru bisa menyumbangkan tenaga,” ujar Supar Priambodo (30) Ketua Gafatar Wonogiri.
Giyarto (40) anggota Gafatar menambahkan, anggotanya yang turut bekerja bhakti terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama kerja bhakti di Lingkungan Gerdu Giripurwo. Kelompok kedua di Sukorejo. Diperkirakan pekerjaan memakan waktu sekira 20 hari.
Diperkirakan dananya masih kurang. Panitia belum sempat mencari bantuan lagi. Karena itu, bagi para dermawan yang yang tergerak untuk menyumbangkan hartanya, bisa diserahkan kepada Ketua RT setempat atau panitia Lingkungan Gerdu Wonogiri.[Djarot]
SUMBER: Infowonogiri
No comments:
Post a Comment